|
ada sebuah kisah tentang cinta
Wednesday 8 June 2011 | 19:10 | 1 candie blossom
Ada sebuah kisah tentang cinta, yang benar-benar cinta.... Yang dicontohkan Allah melalui kehidupan RasulNya.... Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning… burung-burung gurun enggan mengepakkan sayapnya.... Pagi itu juga, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan khutbah, katanya… “WAHAI UMATKU.. KITA SEMUA ADA DALAM KEKUASAAN ALLAH DAN CINTA KASIH-NYA, MAKA TAATI DAN BERTAQWALAH KEPADA-NYA, KU WARISKAN DUA PERKARA PADA KALIAN, AL-QURAN DAN SUNNAHKU, BARANG SIAPA MENCINTAI SUNNAHKU, BERERTI MENCINTAI AKU DAN KELAK ORANG-ORANG YANG MENCINTAIKU AKAN MASUK SYURGA BERSAMA-SAMAKU” Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatNya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas panjang, Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba… “Rasulullah akan meninggalkan kita semua” Keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia teragung itu hampir selesai menunaikan tugasNya di dunia, tanda itu semakin kuat…. Ali dan Fadhal dengan pantas menyambut Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. (KEESOKAN HARINYA) Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup, Sedang didalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningNya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurNya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “BOLEHKAH SAYA MASUK?” tanyanya. Tapi Saidatina Fatimah tidak mengizinkannya masuk. “Maaflah, ayahku sedang demam” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup daun pintu. Kemudian dia kembali menemani ayahnya yang nyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah. “SIAPAKAH ITU WAHAI ANAKKU?” “Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya” tutur Fatimah lembut. Lalu Rasulullah menatap puteriNya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anakNya itu hendak dikenang. “KETAHUILAH, DIA YANG MENGHAPUSKAN KENIKMATAN SEMENTARA,DIALAH MALAKUL MAUT” kata Rasulullah. Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya..Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia untuk menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. “JIBRIL..! JELASKAN APA HAKKU NANTI DI HADAPAN ALLAH?” Tanya rasulullah dengan suara yang amat lemah. “PINTU-PINTU LANGIT TELAH TERBUKA, PARA MALAIKAT TELAH MENANTI ROHMU. SEMUA SYURGA TERBUKA LEBAR MENANTI KEDATANGANMU”. Kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “ENGKAU TIDAK SENANG MENDENGAR KHABAR INI?” Tanya Jibril lagi. “KHABARKAN KEPADAKU BAGAIMANA NASIB UMATKU KELAK?” “JANGAN KHUATIR WAHAI RASUL ALLAH, AKU PERNAH MENDENGAR ALLAH BERFIRMAN KEPADAKU: “KUHARAMKAN SYURGA BAGI SESIAPA SAJA, KECUALI UMAT MUHAMMAD TELAH BERADA DI DALAMNYA,” kata Jibril Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas, Perlahan roh Rasulullah ditarik, nampaknya seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “JIBRIL, BETAPA SAKITNYA SAKARATUL MAUT INI, PERLAHAN” Rasulullah mengeluh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. “JIJIKKAH KAU MELIHATKU, HINGGAKAN KAU PALINGKAN WAJAHMU JIBRIL?” Tanya Rasulullah pada Malaikat penghantar wahyu itu. “SIAPAKAH YANG SANGGUP MELIHAT KEKASIH ALLAH DIRENGGUT AJAL?” Kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. “YA ALLAH!! DASYAT NIAN MAUT INI, TIMPAKAN SAJA SEMUA SIKSA MAUT INI KEPADAKU, JANGAN PADA UMATKU” Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Ali segera mendekatkan telinganya. “UUSHIIKUM BIS SHALATI, WA MAA MALAKAT AIMAMUKU,” (PELIHARALAH SHALAT DAN PELIHARALAH ORANG-ORANG YANG LEMAH DIANTARAMU) Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “UMMATI.. UMMATI.. UMMATI..!!” Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang selama ini memberi sinaran.. “ALLAHUMMA SOLLI ALA MUHAMMAD, WA ALA ALI SAIDINA MUHAMMAD. BETAPA CINTANYA RASULULLAH KEPADA KITA..!! KAMI JUGA MENCINTAIMU YA RASULULLAH…!! DAN CINTA ITU.. AKAN KAMI BUKTIKAN..!!” BOLEHKAH ANDA MEMBUKTIKAN..?? BAGAIMANA..?? |